Selamat Datang Di Website Batik In Nusantara

Rabu, 20 November 2024

Motif Batik Ceplok

 Batik Ceplok

Motif batik ceplok adalah salah satu jenis batik kuno yang berasal dari Yogyakarta. Batik ini memiliki unsur simetris dan membentuk sudut empat arah. Motif batik ceplok dikenal juga dengan sebutan batik ceplokan, yang mana jenis batik ini ada sejak jaman Kerajaan Mataram yaitu berpusat di Kotagede.

Batik ceplokan pernah tercatat dalam kesenian batik Indonesia, yaitu sebagai ragam hias tertua. Motif batik satu ini kental akan corak khas Jawa. Mau tahu info lebih banyak mengenai motif batik ceplok? Simak kelanjutannya ya.

Ceplokan atau motif batik ceplok, merupakan satu kata dari Bahasa Jawa yaitu ceplok yang memiliki arti sekuntum. Kata ini digunakan untuk menjelaskan model hiasan batik yang berupa satuan demi satuan.

Katanya, motif ini terinspirasi dari hiasan candi terutama pada dinding candi yang bercorak Hindu dan Buddha dengan motifnya yang sakral dan mendalam.

Dikutip dari rumahbatikbedjo.com menyebutkan bahwa secara artistik motif batik ceplokan ini menggambarkan keteraturan dan keseimbangan yang penting untuk menjalankan kehidupan. Hiasannya yang berulang dalam jumlah yang banyak mengartikan sebagai suatu kumpulan. Dalam filosofi Jawa, ini dinamakan grampol yang berarti berkumpulnya segala hal yang baik.

Dapat diartikan bahwa motif batik ceplok ini merupakan bersatunya senilai kehidupan yang baik mulai dari keteraturan, keserasian, hingga kebijaksanaan. Nah, meski tampak simple ternyata semua motif batik itu memiliki maknanya tersendiri loh Kawan!


Seperti yang telah dijelaskan di awal, bahwa motif batik ceplok berasal dari Yogyakarta. Dipercaya bahwa motif batik ceplok ada sejak jaman kerajaan Mataram, sehingga termasuk karya seni batik kuno.

Pada saat itu, penggunaan jenis batik ceplok cukup terbatas, hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengenakannya seerti pegawai di lingkunhan Kerajaan.

Sumber:(https://www.goodnewsfromindonesia.id/)






Model Batik Gentongan

 Batik Gentongan

Batik Indonesia merupakan warisan budaya yang telah diakui dunia, dan pemerintah telah menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Dari sekian banyak batik populer, salah satunya berasal dari Madura, Jawa Timur (Jatim).
Ialah batik Gentongan di Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura. Batik Gentongan memiliki ciri khas motif hingga proses pembuatan yang berbeda dengan batik lainnya.

Asal-usul Batik Gentongan Madura

Batik Gentongan tercipta karena budaya di wilayah pesisir. Di mana ketika para suami bekerja sebagai nelayan, para istri akan membatik sembari menunggu kepulangan suaminya selama berbulan-bulan.Pada saat itu batik tidak digunakan sebagai mata pencaharian masyarakat setempat, melainkan sebagai hadiah yang akan diberikan kepada suami untuk menyambut kepulangannya. Batik Gentongan diberikan kepada suami sebagai pangestoh (berkah) yang merupakan bentuk pengabdian istri kepada sang suami.Proses pewarnaan batik ini menggunakan gentong. Media pewarnaan ini dinilai dapat menghasilkan warna batik yang lebih cerah, karena ketika proses perendaman batik tidak boleh terkena paparan sinar matahari.



Teknik Pembuatan Batik Gentongan Madura

Mengutip dari artikel jurnal berjudul Perancangan Buku Esai Fotografi Tentang Batik Gentongan Madura, terdapat beberapa teknik pembuatan batik gentongan. Berikut tahapannya.

Mempersiapkan bahan dan peralatan membatik seperti kain polos putih, canting, malam, kompor, wajah kecil, dan bahan pewarna alami. Misalnya, kunyit dan mengkudu untuk pewarna kuning, air pohon pisang untuk pewarna cokelat, buah-buahan di daerah pegunungan sebagai pewarna merah, dan lain sebagainya.
Menggambar di atas kain polos tersebut menggunakan malam dan alat canting sesuai motif yang diinginkan.
Kain yang telah diberi motif selanjutnya di-tebbeng (pembatasan) dan essean (penutupan dengan malam). Bertujuan menutup bagian-bagian yang akan dibiarkan tidak terkena warna ketika proses pewarnaan.
Tahap pewarnaan dilakukan dengan cara merendam kain di dalam gentong. Teknik pewarnaan ini dilakukan satu per satu pada setiap warna yang sebelumnya sudah ditutup menggunakan malam.
Setelah melalui proses pewarnaan, kain batik tersebut dimasukkan ke dalam air panas yang mendidih guna melunturkan atau melepaskan malam pada permukaan air.
Selanjutnya kain batik dijemur dan diangin-anginkan hingga kering.
Tahap pewarnaan dan pelunturan malam dilakukan secara berulang kali sesuai jumlah warna yang digunakan pada kain batik. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama sampai berbulan-bulan.

Teknik Pembuatan Batik Gentongan Madura
Mengutip dari artikel jurnal berjudul Perancangan Buku Esai Fotografi Tentang Batik Gentongan Madura, terdapat beberapa teknik pembuatan batik gentongan. Berikut tahapannya.

Mempersiapkan bahan dan peralatan membatik seperti kain polos putih, canting, malam, kompor, wajah kecil, dan bahan pewarna alami. Misalnya, kunyit dan mengkudu untuk pewarna kuning, air pohon pisang untuk pewarna cokelat, buah-buahan di daerah pegunungan sebagai pewarna merah, dan lain sebagainya.
Menggambar di atas kain polos tersebut menggunakan malam dan alat canting sesuai motif yang diinginkan.
Kain yang telah diberi motif selanjutnya di-tebbeng (pembatasan) dan essean (penutupan dengan malam). Bertujuan menutup bagian-bagian yang akan dibiarkan tidak terkena warna ketika proses pewarnaan.
Tahap pewarnaan dilakukan dengan cara merendam kain di dalam gentong. Teknik pewarnaan ini dilakukan satu per satu pada setiap warna yang sebelumnya sudah ditutup menggunakan malam.
Setelah melalui proses pewarnaan, kain batik tersebut dimasukkan ke dalam air panas yang mendidih guna melunturkan atau melepaskan malam pada permukaan air.
Selanjutnya kain batik dijemur dan diangin-anginkan hingga kering.
Tahap pewarnaan dan pelunturan malam dilakukan secara berulang kali sesuai jumlah warna yang digunakan pada kain batik. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama sampai berbulan-bulan.

Sumber:(https://www.detik.com/)










Selasa, 19 November 2024

Model Batik Kawung

 Batik Kawung

Batik Kawung adalah motif batik yang bentuknya berupa bulatan mirip buah kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai aren atau kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga ditafsirkan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar mahkota bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian.



Batik kawung ini terkenal di bagian Jawa



Penggunaan

Di lingkungan keraton, batik Kawung adalah salah satu batik larangan yang memiliki aturan ketat tentang siapa dan kapan corak ini boleh digunakan. Pada masyarakat umum, batik Kawung digunakan dengan luwes dan bervariasi pada berbagai acara, mulai dari turun tanah, pernikahan hingga pemakaman. Batik Kawung juga banyak digunakan untuk kemeja kantor.Corak Kawung dengan warna sogan (merah-cokelat) tergolong batik klasik dan banyak digunakan dalam lingkungan profesional karena memiliki kesan berwibawa dan elegan.

Makna

Motif kawung bermakna kesempurnaan, kemurnian dan kesucian. Dalam kaitannya dengan kata suwung yang berarti kosong, motif kawung menyimbolkan kekosongan nafsu dan hasrat duniawi, sehingga menghasilkan pengendalian diri yang sempurna. Kekosongan ini menjadikan seseorang netral, tidak berpihak, tidak ingin menonjolkan diri, mengikuti arus kehidupan, membiarkan segala yang ada disekitarnya berjalan sesuai kehendak alam. Semar, manusia titisan dewa yang berakhlak sangat baik dan bijaksana, selalu mengenakan motif kawung ini.

Asal kata

Terdapat beberapa pendapat mengenai asal kata kawung, di antaranya sebagai berikut:

  • Kawung dalam bahasa Jawa berarti buah pohon aren/kolang-kaling.[1]
  • Kawung dalam bahasa Jawa berarti daun pohon aren, umumnya digunakan untuk melinting rokok.[2]
  • Kawung berasal dari kata bahasa Jawa, kwangwung atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai kumbang tanduk.[1]
  • Salah satu pendapat kata kawung berasal pada kata bahasa Jawa suwung, yang artinya kosong.[3]

Jenis

Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu dan/atau kombinasi dengan motif batik lain.

Sumber:(d.wikipedia.org)

Model Batik Priangan

 Batik Priangan

Batik Priangan Tasikmalaya adalah salah satu warisan budaya yang kaya akan keindahan visual dan makna filosofis. Lebih dari sekadar kain tradisional, batik ini menggambarkan keindahan alam Priangan yang melimpah, seperti pegunungan, sungai, dan flora yang subur, yang menjadi inspirasi utama para pengrajinnya. Setiap motif pada batik ini menyimpan kisah tentang hubungan manusia dengan alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat Priangan.

Sebagai bagian dari identitas budaya Jawa Barat, batik Priangan Tasikmalaya menonjol dengan motif-motif khas yang diturunkan dari generasi ke generasi. Warisan kearifan lokal ini tidak hanya mempertahankan nilai-nilai estetika yang menawan, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup yang kaya, seperti kesederhanaan, ketekunan, dan keseimbangan hidup. Motif-motif ini tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyimpan makna mendalam yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan.

Batik ini menjadi lebih dari sekadar produk seni; ia adalah medium untuk menyampaikan warisan budaya dan filosofi hidup masyarakat Priangan, sekaligus sebagai pengingat akan pentingnya hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.



Sejarah Batik Priangan Tasikmalaya dan Perkembangannya

Sejarah Batik Priangan Tasikmalaya dimulai dari masyarakat lokal yang memproduksi batik untuk kebutuhan sehari-hari dan upacara adat. Dalam proses perkembangannya, batik ini dipengaruhi oleh budaya asing, seperti Tionghoa dan Islam.

Pengaruh Tionghoa terlihat dalam penggunaan motif floral dan geometris yang detail, sedangkan ajaran Islam memperkenalkan pola yang lebih sederhana dan simetris, mencerminkan nilai kesederhanaan dan ketertiban. Pada masa penjajahan, terutama di era kolonial Belanda dan Jepang, batik Tasikmalaya mulai berperan lebih besar sebagai simbol status sosial dan menjadi salah satu sumber penghidupan utama bagi masyarakat Priangan.

Selama masa ini, produksi batik meningkat secara signifikan, dan motif-motif baru terus bermunculan, mencerminkan perubahan sosial dan ekonomi. Setelah kemerdekaan Indonesia, batik Tasikmalaya tetap relevan dan berkembang melalui modernisasi motif tanpa mengabaikan nilai tradisi.

Kini, batik Priangan Tasikmalaya dikenal luas baik di dalam negeri maupun mancanegara, terutama karena keunikannya yang menggabungkan unsur alam Priangan dengan filosofi hidup masyarakat lokal. Motif-motif yang dihasilkan tidak hanya mencerminkan estetika yang memukau, tetapi juga mengandung makna filosofis yang dalam, sehingga menjadikannya salah satu simbol kebanggaan budaya Jawa Barat.

Keindahan Alam & Filosofi  Tersembunyi di Balik Motif Batik Priangan Tasikmalaya

Motif khas Batik Priangan Tasikmalaya banyak terinspirasi oleh keindahan alam Priangan yang meliputi pemandangan pegunungan, sungai, serta flora dan fauna lokal. Setiap motif yang dihasilkan bukan hanya sekadar elemen dekoratif, melainkan membawa makna filosofis yang dalam, mencerminkan pandangan hidup masyarakat Priangan yang selaras dengan alam.

Sumber:(https://rumahbatikserasan.com/)

Model Batik Pring Sedapur

 Batik Pring Sedapur

Batik adalah warisan budaya Indonesia yang kaya akan ragam motif dan makna filosofis. Salah satu motif batik yang unik dan penuh simbolisme adalah motif Pring Sedapur.

“Pring” dalam bahasa Jawa berarti bambu, dan “Sedapur” berarti satu dapur, yang menggambarkan kebersamaan dan kesatuan.

Motif ini sering dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Jawa dan memiliki nilai-nilai luhur yang di dalamnya.


Filosofi Motif Batik Pring Sedapur

Batik Pring Sedapur merupakan salah satu motif batik yang berasal dari Jawa Timur. Motif ini menonjolkan gambaran rumpun bambu yang rimbun dan tumbuh subur.

Nama “Pring Sedapur” berasal dari kata “pring” yang berarti bambu dan “sedapur” yang berarti satu dapur, menggambarkan kesatuan dan kebersamaan dalam satu keluarga atau komunitas.


Motif Pring Sedapur tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat dengan makna filosofis yang mendalam. Berikut adalah beberapa filosofi utama yang terkandung dalam motif ini:

Kebersamaan dan Kesatuan:

Bambu tumbuh dalam rumpun yang erat, mencerminkan nilai kebersamaan dan kesatuan dalam masyarakat. Filosofi ini mengajarkan pentingnya persatuan dan gotong royong untuk mencapai tujuan bersama dan menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.

Ketahanan dan Keuletan:

Bambu dikenal karena ketahanannya terhadap angin kencang dan cuaca buruk, serta kemampuannya untuk tumbuh kembali setelah ditebang. Ini melambangkan ketahanan, keuletan, dan kemampuan untuk bangkit kembali setelah menghadapi kesulitan.

Bambu juga lentur dan fleksibel, yang berarti mampu beradaptasi dengan perubahan dan situasi yang sulit.

Kesederhanaan dan Keharmonisan dengan Alam:

Kehidupan yang sederhana dan dekat dengan alam adalah inti dari motif Pring Sedapur. Ini mengingatkan pada pentingnya kehidupan yang selaras dengan alam, memanfaatkan sumber daya secara bijaksana, dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Batik ini tidak hanya menampilkan keindahan visual, namun juga mengandung filosofi mendalam yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat Jawa Timur.

Asal Usul Motif Pring Sedapur

Motif Pring Sedapur banyak ditemukan di daerah-daerah penghasil batik di Jawa Timur, seperti Tulungagung, Ponorogo, dan Trenggalek. Bambu merupakan tumbuhan yang sangat akrab dengan kehidupan masyarakat Jawa, terutama di pedesaan.

Bambu digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari bahan bangunan, alat musik, peralatan rumah tangga, hingga upacara adat.

Motif Pring Sedapur dalam batik Indonesia, khususnya dari Jawa Timur, adalah simbol kebersamaan, ketahanan, dan kehidupan yang sederhana namun penuh makna.

Dengan desain yang rinci dan kaya akan nilai-nilai filosofis, motif ini tidak hanya memperindah kain batik tetapi juga mengajarkan kebijaksanaan yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Batik Sekar Jagad

 Batik Sekar Jagad

Sejarah Batik Sekar Jagad Jogja

sejarah batik sekar jagadMotif batik sekar jagad memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri, yang membedakannya dari motif batik lain. Oleh karena itu, memahami sejarah dan asal-usul motif batik sekar jagad sangat penting untuk menghargai dan memahami karya seni ini. Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan secara singkat tentang motif batik sekar jagad, serta mengapa memahami sejarah dan asal-usulnya sangat penting.

Sejarah Batik Sekar Jagad

Motif batik sekar jagad pertama kali muncul pada abad ke-19 dan diyakini berasal dari Yogyakarta yaitu sebuah desa di Bantul, tepatnya di Desa Pijenan. Pada awal keberadaannya, motif ini hanya digunakan pada pakaian tradisional kaum keraton atau keluarga kerajaan.

Nama “sekar jagad” berasal dari kata “sekar” yang berarti bunga dan “jagad” yang berarti dunia. Motif batik ini diyakini memiliki nama demikian karena memiliki simbolisme yang menggambarkan keindahan dan kemegahan dunia.

Motif batik sekar jagad telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan telah mengalami perkembangan dan perubahan seiring berjalannya waktu. Awalnya, motif ini hanya digunakan pada pakaian tradisional kaum keraton atau keluarga kerajaan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, motif ini mulai diterima oleh masyarakat luas dan digunakan dalam berbagai produk seperti baju, aksesoris, dan dekorasi rumah.

Keunikan dan Kekhasan Motif Batik Sekar Jagad Dibandingkan dengan Motif Batik Lain Motif batik sekar jagad memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dibandingkan dengan motif batik lain. Desainnya yang kompleks dan indah, serta simbolisme yang kuat, membuat motif ini sangat populer dan dihargai. Keunikan dan kekhasannya juga terlihat dari bagaimana motif ini dibuat, yaitu dengan menggunakan teknik cap atau menulis dengan menggunakan malam. Ini berbeda dengan motif batik lain yang biasanya dibuat dengan teknik canting.

Dengan memahami sejarah dan perkembangan motif batik sekar jagad, kita dapat menghargai dan memahami lebih dalam tentang karya seni ini. Kita juga dapat mengapresiasi usaha para seniman batik yang terus berinovasi dan menghasilkan karya-karya yang indah dan bernilai.

Penggunaan Motif Batik Sekar Jagad dalam Kehidupan Sehari-hari

Motif batik sekar jagad bukan hanya dikenal sebagai karya seni yang indah, tetapi juga memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa penggunaan motif batik sekar jagad dalam kehidupan:

  1. Kebudayaan Tradisional Motif batik sekar jagad sering digunakan dalam acara-acara kebudayaan dan tradisional, seperti upacara adat atau pernikahan. Motif ini membawa nuansa kebudayaan dan tradisi yang kuat dan memperkuat identitas budaya suatu daerah.
  2. Pakaian dan Aksesoris Motif batik sekar jagad sering digunakan dalam pembuatan pakaian tradisional, seperti kebaya, kain batik, dan sarung. Motif ini juga digunakan dalam aksesoris seperti tas, dompet, dan sepatu.
  3. Dekorasi Rumah Motif batik sekar jagad juga sering digunakan dalam dekorasi rumah, seperti sprei, gorden, dan lain-lain. Penggunaan motif ini membuat rumah terasa lebih nyaman dan memiliki nuansa tradisional yang kuat.

Penggunaan motif batik sekar jagad dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan betapa pentingnya motif ini bagi budaya dan tradisi suatu daerah. Penggunaan motif ini juga menunjukkan betapa indah dan memikatnya karya seni batik dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber:(https://batiksalma.com)

Model Batik Singa Barong

 Batik Singa Barong

Sejarah dan fakta mitologi dari batik Singa Barong

Sejarah dan fakta mitologi dari batik Singa BarongBatik Singa Barong adalah salah satu jenis batik yang berasal dari daerah Bali, Indonesia. Motif batik ini dikenal dengan gambar singa barong yang diabadikan dalam bentuk batik. Motif ini dianggap sebagai simbol keberuntungan dan perlindungan dari kejahatan. Batik Singa Barong menjadi salah satu jenis batik yang populer di Bali dan juga di dunia.

Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah, karya-karya terkenal, teknik pembuatan, dan penggunaan batik Singa Barong dalam busana.

Sejarah Batik Singa Barong

Sejarah Batik Singa Barong bermula dari asal-usulnya yang berasal dari daerah Bali, Indonesia. Motif batik Singa Barong pertama kali dikenal pada abad ke-20, saat batik mulai digunakan dalam busana sehari-hari di Bali. Motif Singa Barong yang digambarkan dengan cara yang unik dan khas, dikenal sebagai simbol perlindungan dari kejahatan dan kemungkinan buruk.

Perkembangan batik Singa Barong dari masa ke masa sangat dipengaruhi oleh perkembangan seni dan budaya Bali. Pada awalnya, batik Singa Barong hanya digunakan dalam upacara-upacara adat di Bali, namun seiring dengan perkembangan waktu, batik Singa Barong mulai digunakan dalam busana sehari-hari. Pada abad ke-20, batik Singa Barong mulai dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi salah satu jenis batik yang populer di Bali dan di dunia.

Fakta-fakta menarik tentang sejarah batik Singa Barong adalah bahwa motif Singa Barong merupakan simbol keberuntungan dan perlindungan dari kejahatan yang dikenal di Bali. Motif ini hanya digunakan dalam upacara-upacara adat di Bali dan digunakan dalam busana sehari-hari. Selain itu, batik Singa Barong dikenal sebagai salah satu jenis batik yang menggabungkan antara seni tradisional dan modern.

Kisah Hewan Mitologi pada Batik Singa Barong dan Maknanya

Singa Barong adalah salah satu hewan mitologi yang populer di Bali, Indonesia. Menurut kepercayaan tradisional Bali, Singa Barong merupakan simbol perlindungan dari kejahatan dan kemungkinan buruk. Hewan ini dianggap sebagai pemimpin dari kekuatan baik yang bertugas untuk melindungi desa dan masyarakat dari kekuatan jahat. Singa Barong sering digambarkan dalam bentuk patung atau topeng yang digunakan dalam upacara-upacara adat di Bali. Motif Singa Barong juga sering digunakan dalam karya seni seperti batik, ukiran, dan lukisan. Dalam batik, Singa Barong digambarkan dengan bentuk yang unik dan khas, dengan warna-warna yang cerah dan menarik. Makna dari Singa Barong dalam batik adalah sebagai simbol perlindungan dari kejahatan dan keberuntungan bagi pemiliknya.

Karya-karya terkenal batik Singa Barong

Karya-karya terkenal dari batik Singa Barong merupakan hasil dari kreativitas para seniman batik yang membuat karya dengan motif Singa Barong. Berikut adalah beberapa contoh karya terkenal dari batik Singa Barong:

  1. “Singa Barong di Tengah Sawah” adalah sebuah karya batik yang digambarkan dengan motif singa barong yang berdiri di tengah sawah yang hijau. Karya ini menggambarkan singa barong sebagai simbol perlindungan dan keberuntungan bagi para petani.
  2. “Singa Barong di Tengah Gunung” adalah sebuah karya batik yang digambarkan dengan motif singa barong yang berdiri di tengah gunung yang menjulang. Karya ini menggambarkan singa barong sebagai simbol kekuatan dan keberanian.
  3. “Singa Barong di Tepi Pantai” adalah sebuah karya batik yang digambarkan dengan motif singa barong yang berdiri di tepi pantai yang indah. Karya ini menggambarkan singa barong sebagai simbol perlindungan dan keberuntungan bagi para nelayan.

Setiap karya batik Singa Barong memiliki makna yang berbeda-beda sesuai dengan motif yang digambarkan, namun secara umum, Singa Barong dianggap sebagai simbol perlindungan dan keberuntungan bagi masyarakat Bali.

Teknik pembuatan batik Singa Barong

Teknik pembuatan batik Singa Barong dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teknik tradisional dan teknik modern.

Teknik tradisional pembuatan batik Singa Barong menggunakan cara manual yang meliputi proses menggambar, mengecat, dan mengeringkan. Pertama, seniman akan menggambar motif Singa Barong dengan menggunakan kain putih sebagai dasar. Kemudian, seniman akan mengecat motif yang telah digambar dengan menggunakan kain yang telah dibasahi dengan cairan wax. Setelah itu, kain akan dikeringkan dan diproses dengan cara menyelimuti kain dengan kain lain yang telah dibasahi dengan air panas. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan wax yang tidak digunakan.

Teknik modern pembuatan batik Singa Barong menggunakan cara yang lebih cepat dan efisien, yaitu dengan menggunakan mesin sablon. Pertama, seniman akan menggambar motif Singa Barong dengan menggunakan kain putih sebagai dasar. Kemudian, seniman akan mengecat motif yang telah digambar dengan menggunakan mesin sablon yang telah diisikan dengan cairan wax. Setelah itu, kain akan dikeringkan dan diproses dengan cara menyelimuti kain dengan kain lain yang telah dibasahi dengan air panas. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan wax yang tidak digunakan.

Perbedaan antara teknik tradisional dan teknik modern dalam pembuatan batik Singa Barong terletak pada proses pembuatannya. Teknik tradisional lebih mengutamakan kerajinan tangan dan kreativitas seniman, sedangkan teknik modern lebih mengutamakan kecepatan dan efisiensi. Namun, kedua teknik ini memiliki hasil yang sama yaitu kain batik dengan motif Singa Barong yang indah dan menarik.

Penggunaan batik Singa Barong dalam busana

Penggunaan batik Singa Barong dalam busana dapat dilakukan dengan beragam cara. Salah satu cara yang populer adalah dengan menggunakannya sebagai bahan dasar dari busana sehari-hari seperti kemeja, rok, atau dress. Batik Singa Barong juga dapat digunakan sebagai aksesoris seperti ikat kepala atau sarung tangan.

Kombinasi warna yang cocok untuk batik Singa Barong adalah warna-warna cerah seperti kuning, hijau, atau biru. Warna-warna tersebut akan memberikan kesan yang fresh dan menyegarkan pada busana yang digunakan. Namun, batik Singa Barong juga dapat digunakan dengan warna-warna netral seperti hitam atau putih, sehingga akan memberikan kesan yang lebih elegan dan formal.

Inspirasi busana dengan batik Singa Barong dapat diambil dari beragam gaya, mulai dari gaya tradisional hingga gaya modern. Salah satu contoh inspirasi busana dengan batik Singa Barong adalah dengan menggabungkan batik Singa Barong dengan rok panjang dan kemeja putih, memberikan kesan yang elegan dan sopan. Atau juga dengan menggabungkan batik Singa Barong dengan celana pendek dan kaus lengan panjang, memberikan kesan yang casual dan santai.

Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa batik Singa Barong merupakan salah satu jenis batik yang berasal dari Bali, Indonesia. Motif Singa Barong dikenal sebagai simbol perlindungan dari kejahatan dan keberuntungan bagi masyarakat Bali. Pembuatan batik Singa Barong dapat dilakukan dengan teknik tradisional atau teknik modern. Penggunaan batik Singa Barong dalam busana dapat dilakukan dengan beragam cara, seperti sebagai bahan dasar busana, aksesoris, atau sebagai inspirasi busana.

Sumber:(https://batiksalma.com).

Model Batik Lasem

 Batik Lasem

Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dan terkenal dengan produksi batik. Daerah ini memiliki banyak penghasil batik terbaik di Jawa dengan ciri khas batik pesisir yang indah melalui pewarnaan yang berani. Dalam buku Lasem Kota Tiongkok Kecil karya M. Azis, Lasem disebut juga Tiongkok Kecil atau La Petite Chine dalam bahasa Perancis. Sebab, Lasem adalah daerah pertama yang dikunjungi oleh Tiongkok di pantai utara Jawa. Dalam sebuah artikel berjudul Aktualisasi Nilai Cina Dalam Batik Lasem oleh Rizali dan Sudardi, pada masa Kerajaan Hindu Majapahit abad 13-14 M, batik digunakan sebagai benda magis untuk sarana mistik. Pola hias batik digunakan untuk kepentingan keagamaan bersifat simbolis dan bermakna sakral, seperti ragam hias Kawung, Bunga Padma Ceplok, Kalacakra atau Nitik Ceplok, Sayap Garuda (Lar, Sidomukti), Gringsing (Urna) dan Parang yang hanya digunakan oleh Raja dan anggota kerajaan.

Sejarah Batik Lasem Dalam buku Batik.

Warisan Adiluhung Nusantara, Musman Asti dan Ambar B. Arini menjelaskan bahwa batik Lasem merupakan salah satu jenis batik pesisiran yang memiliki ciri khas tersendiri. Kekhasan tersebut merupakan hasil dari akulturasi dari budaya Tiongkok dan Jawa. Orang-orang Tiongkok pada awalnya banyak menetap di pesisir utara pulau Jawa. Hal tersebut terjadi karena pelabuhan-pelabuhan besar pulau Jawa semuanya terletak di sepanjang pantai utara Jawa. Tetapi, sebelum akulturasi dengan Tiongkok, batik Lasem bermula pada masa kepemimpinan Bhre Lasem I (1350-1375). Dalam buku Alkuturasi Lintas Zaman di Lasem: Perspektif Sejarah dan Budaya (Kurun Niaga-Sekarang), Nurhajarini menerangkan, pada masa itu batik sudah menjadi pakaian bangsawan di wilayah Lasem.


Motif Batik Lasem 

Motif batik Lasem memiliki ciri khas tersendiri, ada yang berasal dari warga Lasem asli, ada pula yang berasal dari akulturasi budaya Tiongkok. Dalam skripsi karya Reni Agustin berjudul Industri Batik lasem di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Tahun 1970 -1990, beberapa motif batik Lasem dijelaskan sebagai berikut. Latohan Motif Latohan memiliki bentuk seperti bunga dengan bulatan-bulatan kecil. Latohan diambil dari nama Latoh yang merupakan salah satu jenis tanaman laut yang sering fikonsumsi oleh masyarakat Lasem Watu pecah (Watu Kricak) Watu pecah atau disebut juga watu kricak melambangkan bentuk pecahan batu dan kerikil. Terdapat pula motif seperti tanah retak yang melambangkan tanah Lasem yang kering. Watu pecah merupakan motif yang terinspirasi oleh pekerja paksa zaman pemerintahan Daendels. Gunung ringgit Gunung ringgit memiliki gambaran yang menyerupai gunungan dalam pewayangan Kupu - kupu Motif ini merupakan lambang dari cinta kasih dimana masyarakat Tionghoa adalah orang-orang yang selalu menyebarkan sikap cinta kasih. Kilin Motif kilin melambangkan kebijaksanaan Naga (Liong) Motif ini memiliki makna keagungan. Lambang naga sering digunakan sebagai simbol kerajaan Tiongkok yang berarti keagungan. Burung Hong (Phoenix) Burung Hong adalah simbol kebaikan dan dipercaya oleh masyarakat Tionghoa sebagai burung dewa. Kelelawar Dalam masyarakat Tionghoa, kelelawar erat kaitannya dengan lambang panjang umur. Sampe’s Engthai Motif ini menggambarkan sepasang kekasih yang jatuh cinta dan menjadi cerita rakyat Tionghoa. Batik Lasem dirayakan dalam acara tahunan yaitu Lasem Batik Carnival atau Karnaval Batik Lasem yang diadakan oleh pemerintah Kecamatan Lasem. Partisipan dalam karnival mengenakan batik Lasem sebagai bahan utama pembuatan kostum. Dapat dipahami bahwa batik Lasem merupakan warisan budaya yang dilindungi serta mengandung makna dan sejarah yang kompleks. Peran Tiongkok juga dapat dilihat dari motif batik Lasem. Membeli batik Lasem dapat membantu perajin batik untuk terus melestarikan karya mereka serta membantu perekonomian bangsa.

Sumber:(https://katadata.co.id)



Model Batik Tujuh Rupa



 Batik Tujuh Rupa

Batik tujuh rupa merupakan salah satu motif batik Indonesia yang berasal dari Pekalongan , Jawa Tengah . Motif batik tujuh rupa ini sangat kental dengan nuansa alam. Pada umumnya, batik tujuh rupa menampilkan motif hewan atau tumbuhan . Motif- motif tersebut diambil dari berbagai campuran budaya lokal dan etnis Tionghoa. Sebab, pada masa lampau, Pekalongan merupakan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai negara. Dengan demikian, akulturasi budaya inilah yang menjadikan batik Pekalongan unik dengan nuansa alam, terutama motif jlamprang , motif bouquetan , motif sinar rembulan , motif semen , motif pisan bali, dan motif lung-lungan .

Sejarah dan Jenis

Batik tujuh rupa dikenal sangat kaya akan warna, menggambarkan karakteristik kehidupan masyarakat pesisir yang mudah beradaptasi dengan pengaruh budaya luar, dan juga mampu beradaptasi dengan pengaruh batik pedalaman. Perajin batik tujuh rupa telah menempatkan ornamen keramik Tiongkok sebagai manifestasi ikatan budaya leluhur yang dalam lukisannya memiliki kefasihan dan kelembutan. Berbagai tanaman hias menjadi objek utama, dan banyak ditemukan dalam lukisan keramik Tiongkok, dipadukan dengan berbagai binatang seperti burung pipit, burung merak, naga, dan kupu-kupu. Corak batik untuk keperluan pemujaan mengadaptasi berbagai bentuk dewa manusia di kerajaan langit menurut kepercayaan agama leluhur yang disebut Tok-Wi, jenis batik yang digunakan untuk altar sembahyang Tiongkok.

Pengaruh batik Cirebon terhadap perkembangan batik Pekalongan dapat dilihat dari penghargaan-penghargaan yang diberikan oleh keraton Cirebon kepada batik Pekalongan, khususnya oleh para bangsawan Tionghoa. Penghargaan keraton Cirebon terhadap batik Pekalongan tidak hanya karena hiasan keramik Dinasti Ming saja, tetapi juga karena ciri khas batik Pekalongan, yaitu cara pembuatan batiknya yang berbeda dengan cara pembuatan batik di daerah lain.


Makna dan Filosofi Batik Tujuh Rupa

Batik tujuh rupa yang memiliki makna kefasihan dan kelembutan. Motif ini juga menggambarkan kehidupan masyarakat pesisir Jawa yang mudah beradaptasi dengan budaya asing. Akulturasi budaya pada motif batik tujuh rupa inilah yang menjadikan batik ini unik, menarik, dan menjadi ciri khas Pekalongan. Berbagai motif batik yang diciptakan di berbagai daerah menjadi simbol keberagaman dan kearifan budaya Indonesia. Batik tidak hanya indah dipandang, tetapi memiliki makna yang dalam pada setiap motifnya.

Sumber : Wikipedia.











Motif Batik Simbut

Batik Simbut

Batik adalah salah satu seni kain tradisional Indonesia yang dibuat dengan teknik pencelupan lilin. Proses pembuatannya melibatkan perintangan warna dengan menggunakan malam (lilin) yang diaplikasikan pada kain, sehingga bagian yang ditutupi lilin akan tetap berwarna asli setelah proses pencelupan. Setelah pewarnaan, lilin dilelehkan, dan proses ini bisa diulang beberapa kali untuk menghasilkan pola yang kompleks dan beragam warna. Batik juga sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO sejak tahun 2009. 

Salah satu motif batik yang terkenal adalah batik simbut. Batik Simbut ini sendiri adalah motif batik yang berasal dari Banten, Indonesia. Motif ini terkenal dengan keunikan dan filosofinya yang mendalam. Badui sendiri adalah suku asli dari Indonesia yang berada di pedalaman Banten, Jawa Barat. Populasi suku Badui bisa dibilang sangat sedikit. Uniknya, suku ini tetap bertahan di era globalisasi ini dengan adat, budaya, dan gaya hidup tradisional mereka. 

Asal Usul Motif Batik Simbut 

Banyak yang sudah tahu bahwa suku badui punya dua golongan, yaitu badui luar dan badui dalam. Nah, tidak ada salahnya juga kita perlu mengenal salah satu suku asli sunda yang unik ini, yuk kita bahas sama – sama. 

Suku Badui Luar biasanya memakai pakaian berwarna hitam atau biru tua, yang berarti kesederhanaan. Suku badui luar pun juga bisa dibilang masih bisa terbuka dengan budaya luar. Seperti mandi dengan menggunakan sabun, barang elektronik, dan juga mengizinkan orang luar suku untuk datang. Suku badui luar ini letaknya tersebar di wilayah kaki gunung Gunung Kendeng. 

Sedangkan suku Badui Dalam itu sangatlah ketat dan menjaga kesucian suku mereka. Seperti warna pakaian yang dikenakan harus berwarna putih karena melambangkan suci. Suci ini yang berartikan tetap memegang adat budaya nenek moyang ya, jadi mereka selalu menolak adanya teknologi dan kehidupan mereka bergantung pada alam. Lalu, jika ada turis datang ke suku badui dalam, tidak boleh menggunakan alas kaki, tidak boleh membawa barang – barang elektronik, dan harus menaati peraturan mereka. Badui dalam pun tinggalnya terpisah dengan badui luar.


Ciri Khas Motif Batik Simbut 

Motif yang dihasilkan oleh batik ini adalah seperti daun talasataupun daun dan bungan yang ada di sekitar lingkungan suku badui tersebut. dan mempunyai warna yang cerah namun tidak terlalu mencolok. Garis yang digunakan pun juga tidak kecil, lebih ke besar dan tebal. Uniknya setiap motif batik ini mempunyai sejarah yang di toponim kan dari asal usul, sejarah, nama tempat, penggunaan, artinya, dan juga topologinya. Saat ini motif batik simbut terdapat 12 yang dipatenkan sejak 2003 dari UNESCO. 

Batik ini punya corak yang sangat ceria dengan warna pastel yang mereka gunakan. Sumber suku badui dalam membuat batik ini adalah berasal dari benda – benda purbakala seperti bangunan arkeologis. Pewarnaannya umumnya menggunakan pewarna alami seperti daun indigo dan akar mengkudu. 

Motif yang cenderung besar juga menjadi salah satu keunikan batik simbut ini. Metode yang digunakan adalah dengan metode cap. Pola yang digunakan untuk membuat motif batik simbut ini juga menggunakan pola pengulangan. Dengan itu, filosofi yang ada pada motif batik ini sangatlah dalam.

Sumber : (Batik Serasan)








Model Batik Sogan

 Batik Sogan

Batik Sogan adalah salah satu jenis batik klasik dengan nuansa tradisional. Sebagai jenis batik yang identik dengan daerah Jawa, warna dan motif dari batik Sogan membuatnya memiliki ciri khas tersendiri.Warna dan motif yang khas memberikan nuansa klasik dan eksotis, sehingga membuat batik Sogan selalu diminati oleh para penggunanya.

Asal Usul Batik Sogan

Asal-usul Nama Batik Sogan Penamaan batik Sogan berasal dari sejarah pewarnaan batik yang menggunakan pewarna alami dari batang kayu pohon soga. Karena menggunakan pewarna alami, batik Sogan memiliki ciri khas warna yang didominasi warna gelap seperti hitam dan coklat.


Filsofi Batik Sogan

Filosofi Batik Sogan Terkait warna, batik Sogan juga dibuat dengan mengikuti pakem motif-motif klasik keraton. Menurut Serat Wirid Hidayat Jati, warna klasik batik Sogan yaitu kekuningan keemasan merupakan bagian dari simbol keraton bangsa burung, bangsa makhluk penerbang.

Hitam adalah simbol nafsu lawwamah atau keduniawian, merah adalah simbol nafsu amarah, kuning adalah simbol nafsu sufiyah, dan putih adalah simbol nafsu muthmainah atau kebaikan. Sementara warna coklat atau kecoklatan adalah simbol pribadi yang hangat, rendah hati, bersahabat, kebersamaan, tenang. Penggambaran ini sesuai dengan kepribadian masyarakat Jawa yang mengutamakan rasa dalam setiap tindak tanduknya.

Sumber : Kompas.Com



Jumat, 08 November 2024

Motif Batik Keraton

 BATIK KERATON

Batik keraton (dikenal juga dengan istilah batik larangan atau batik vorstenlanden) adalah batik yang berkembang dalam lingkungan keraton, baik Yogyakarta maupun Surakarta. Batik keraton merupakan awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung beragam makna filosofi hidup yang banyak terilhami dari kebudayaan Hindu-Jawa. Batik-batik ini dibuat oleh para putri keraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan keraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Batik Parang Barong, Batik Parang Rusak termasuk Batik Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.

 


"Batik pedalaman atau sering disebut batik keraton yaitu batik yang berkembang di sekitar keraton dan mendapat pengaruh budaya keraton. Sering dikenakan untuk acara adat budaya, kaya akan makna, filosofi, spirit yang kental sekali dengan ajaran masyarakat Jawa," ujar Didik ditemui detikJateng di Museum Batik Jogja, Jumat (2/12/2022).

Batik keraton memiliki ciri khas tersendiri dengan paduan warna cokelat, hitam dan putih. Batik sebagai khazanah budaya Indonesia memiliki makna, filosofi dan harapan di dalamnya.

Didik menyebut batik keraton selalu identik dengan warna cokelat hitam dan putih. Dari segi warna mengandung filosofi tersendiri cokelat mengandung simbol tanah kesuburan dan kerendahan hati.

"Batik keraton selalu berwarna cokelat hitam dan putih dari warnanya saja mengandung makna, warna cokelat mengandung tanah simbol dari kesuburan dan kerendahan hati. Siapa pun yang memakai batik keraton ia tak boleh tinggi hati atau sombong

Kemudian dari sisi warna putih menyiratkan kesucian perbuatan dan hitam kesabaran dan ketekunan. Menurut Didik, siapa pun yang mengenakan batik keraton apabila mengerti maknanya, bisa mengaplikasikan hendaknya tak boleh tinggi hati dan harus selalu memiliki kesucian dan kesabaran dalam perbuatan.

"Kemudian putih simbolisasi kesucian dalam perbuatan dan hitam juga simbolisasi dari kesabaran dan ketekunan. Siapa pun yang memakai batik keraton ia tahu makanannya, bisa mengaplikasikan itu ia tak boleh tinggi hati harus selalu memiliki kesucian dan kesabaran dalam perbuatannya"

 sumber dari:(Wikipedia dan Detik.com)


Motif Batik Ceplok

  Batik Ceplok Motif batik ceplok adalah salah satu jenis batik kuno yang berasal dari Yogyakarta. Batik ini memiliki unsur simetris dan mem...