Selamat Datang Di Website Batik In Nusantara

Rabu, 11 Desember 2024

Motif Batik Cendrawasih

 Batik Cendrawasih

Batik adalah warisan budaya yang tak lekang oleh waktu. Batik Indonesia berkembang hingga tingkatan yang tak ada bandingannya, baik dalam desain motif maupun prosesnya.

Jika ditinjau dari awal keberadaannya di Jawa sejak abad ke-16, perkembangan batik di Indonesia timur justru bermula ketika pemerintah memperoleh program bantuan dari salah satu organisasi PBB, UNDP di tahun 1985. Bantuan tersebut dipergunakan untuk pemberdayaan kebudayaan di Papua. 

Dengan bantuan tersebut, pemerintah mendatangkan para seniman batik dari Jawa yang melatih penduduk asli agar memiliki keterampilan serupa. Dan seiring bertambahnya skill, para penduduk yang belajar membatik pun mampu menciptakan motif baru yang merepresentasikan daerahnya.


Jika melihat batik khas Jawa seperti parang, nitik atau sidomukti, maka Papua juga memiliki beragam motif yang tak kalah menawan dan cantik. Bahkan, memiliki keunikan tersendiri yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Dilansir dari batikindonesia, motif yang berkembang di batik Papua antara lain berupa corak flora, fauna, seni ukir, hingga keindahan alam mengingat masyarakat setempat begitu dekat dengan alam sekitar. Salah satu motif batik Papua yang paling populer ialah batik Cendrawasih. 

Cendrawasih merupakan nama burung endemik khas di Papua dan menjadi buruh khas Papua yang ikonik, serta merepresentasikan wilayah timur Indonesia. Burung ini menginspirasi motif batik cendrawasih. Biasanya motif ini memadukan gambar burung cendrawasih dengan gambar tumbuhan dan bunga khas Papua.

Motif ini menggambarkan keanggunan Bird of Paradise atau Burung Surga yang menjadi julukan Cendrawasih. Keanggunan yang tergambar dari bulu serta ekor yang berwarna-warni. 

Motif Cendrawasih dibuat dengan beberapa metode, di antaranya tulis dan cap atau printing. Pada jenis tulis, hasilnya memiliki harga paling mahal dikarenakan tingkat kesulitannya yang paling tinggi. Batik cap biasanya dibanderol dengan harga yang lebih terjangkau. Dikarenakan proses produksinya yang terbilang relatif lebih mudah serta cepat. 

Jika ingin membeli oleh-oleh dalam jumlah banyak, bisa juga membeli tipe printing. Biasanya batik printing tersedia dalam bentuk hem atau kaos dari bahan nyaman, sebab bahan akan menentukan seberapa nyaman pakaian yang dikenakan. 

Batik Cendrawasih atau motif Papua pada umumnya menggunakan 3 jenis bahan: katun, sutra dan shantung. Tiap-tiap bahan memiliki kelebihannya masing-masing. Warna-warna yang terang dan cerah pada umumnya menggunakan jenis pewarna sintetis. Namun, ada juga yang dihasilkan dari pewarna alami.

Batik Cendrawasih memiliki makna yang tersirat. Cendrawasih dianggap sebagai burung surga dan masyarakat setempat memiliki kepercayaan bahwa burung tersebut menghubungkan kehidupan surga dan bumi. Tak heran jika fauna endemik tersebut menjadi simbol yang sakral bagi masyarakat Papua. Jika kalian memakai batik motif Cendrawasih, aura anggun, gagah dan menawan akan terpancar.

Selain keindahan alam yang eksotis di Papua, kebudayaannya berupa batik juga turut menambah eksotisme "zamrud" dari wilayah timur Indonesia.

Sumber:(https://validnews.id/)






Motif Batik Buketan

 Batik Buketan

Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda pada tahun 2009. Di antara berbagai motif batik yang ada, Batik Buketan menonjol dengan keindahan motif bunganya yang khas.

Motif Buketan merupakan salah satu motif yang berasal dari pesisir utara Jawa, khususnya dari kota Pekalongan yang terkenal dengan kreativitas dan inovasi dalam seni batik.

Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang sejarah dan cirikhas motif Batik Buketan.


Sejarah dan Asal Usul Batik Buketan

Batik Buketan berasal dari Pekalongan, sebuah kota di pesisir utara Jawa yang dikenal sebagai salah satu pusat batik di Indonesia.

Nama “Buketan” sendiri berasal dari kata “bouquet” dalam bahasa Belanda, yang berarti rangkaian bunga. Ini mencerminkan pengaruh budaya Eropa pada seni batik di daerah pesisir Jawa, terutama pada masa kolonial Belanda.

Pada masa kolonial, pengaruh budaya Eropa sangat kuat di daerah pesisir, termasuk dalam seni dan desain batik. Motif-motif bunga yang sering dijumpai dalam seni Eropa diadaptasi oleh para pengrajin batik di pesisir.

Daerah yang menciptakan motif Buketan adalah Pekalongan dan Bali yang memadukan unsur lokal dan asing. Seiring waktu, motif ini berkembang menjadi salah satu motif batik yang paling dicari dan dihargai.

Desain dan Motif Batik Buketan

Salah satu ciri khas utama dari Batik Buketan adalah motif bunganya yang indah dan beragam. Motif ini sering kali menggambarkan berbagai jenis bunga, baik bunga lokal maupun bunga yang diperkenalkan oleh orang Eropa.

Berikut beberapa aspek utama dari desain dan pola Batik Buketan:

Motif Bunga

Motif bunga dalam Batik Buketan sangat beragam, mencakup bunga-bunga seperti mawar, anggrek, melati, dan bunga teratai. Motif ini biasanya digambarkan dengan detail yang sangat halus, menampilkan keindahan dan keragaman alam.

Rangkaian bunga sering kali disusun sedemikian rupa sehingga menciptakan kesan keanggunan dan keindahan yang menawan.

Warna yang Cerah

Batik Buketan dikenal dengan penggunaan warna-warna cerah dan kontras. Pewarna alami maupun sintetis digunakan untuk menciptakan kain yang penuh warna dan hidup.

Warna-warna ini tidak hanya menambah keindahan visual, tetapi juga melambangkan keceriaan dan semangat hidup.

Kombinasi Motif Tradisional dan Eropa

Selain motif bunga, Batik Buketan sering kali mengkombinasikan elemen-elemen desain tradisional Jawa dengan gaya Eropa.

Misalnya, motif geometris tradisional seperti parang atau kawung bisa ditemui berdampingan dengan motif bunga-bunga Eropa, menciptakan harmonisasi antara dua budaya yang berbeda.

Batik Buketan adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya akan makna dan nilai filosofis. Batik Buketan mencerminkan nilai-nilai keindahan, kesuburan, dan harmoni.





Motif Batik Truntum

 Batik Truntum

Batik adalah seni tradisional pewarnaan tekstil yang berasal dari Indonesia. Proses pembuatan batik melibatkan penggunaan lilin untuk menahan warna pada kain, sehingga motif atau pola tertentu dapat terbentuk saat proses pewarnaan dilakukan.

Batik dikenal karena keunikan motifnya, yang sering kali memiliki makna filosofis atau kultural yang mendalam.

Batik sebagai warisan budaya sudah menjadi fashion populer saat ini apalagi, salah satunya motif batik tradisional dari Jawa yang terpopuler yaitu motif batik Truntum. Berikut ulasan lengkapnya.


Asal-Usul Batik Truntum

Batik Truntum merupakan sebuah motif batik yang telah diciptakan Kanjeng Ratu Kencana atau Permaisuri Ingkang Sinuhun Sri Susuhunan Pakubuwana III dari Surakarta. Dalam sejarahnya motif batik Truntum tercipta karena sang ratu beruk yang tidak lagi mampu memberikan keturunan pada Pakubuwono III, sehingga pada saat itu sang raja ingin untuk menikah lagi.

Ketika itu sang ratu Beruk tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima keputusan Pakubuwono III yang tidak bisa diganggu gugat. Lalu sang ratu Beruk melakukan perenungan dengan melihat bintang-bintang di langit malam agar tidak kesepian dan melampiaskan kesedihannya.

Kemudian sang ratu Beruk tiba-tiba membatik dengan membuat sebuah motif seperti bintang-bintang di langit malam yang selama ini menemani kesendirian dan kesepiannya di malam hari.

Sejarah juga mencatat jika apa yang telah dilakukan oleh sang ratu Beruk merupakan refleksi dan harapan jika suasana langit malam hari yang tiada bulan, namun masih ada bintang-bintang bertaburan sebagai penerang sang malam.

Sehingga dominan motif batik yang diciptakan oleh sang ratu Beruk yaitu seperti taburan bunga melati atau yang membentuk seperti bintang-bintang yang banyak bertaburan saat malam hari

Motif ini sangat lazim ditemui saat ada acara-acara perkawinan, siraman, tunangan, atau acara tujuh bulanan.

Makna utamanya adalah cinta kasih yang tulus dari orang tua, karena pada saat acara perkawinan motif batik truntum digunakan oleh orang tua mempelai yang memberikan simbol cinta kasih orang tua kepada sang anak yang akan dilakukan juga oleh sang suami. 

Sumber:(https://www.batikprabuseno.com/)




Sabtu, 07 Desember 2024

Motif Batik Bungong Jeumpa

 Batik Bungong Jeumpa

Batik Aceh merupakan kain batik dengan gaya dan corak khas Provinsi Aceh. Batik Aceh terlihat unik dan menawan karena perpaduan coraknya dan juga paduan warna cerah yang mendominasi, warna pada batik Aceh umumnya ialah merah, kuning, hijau dan merah muda.

Batik Aceh Motif Aceh

Batik Aceh memiliki banyak corak dan motif, diantaranya ialah:
  • Bungong Jeumpa, merupakan motif yang diambil dari bunga khas daerah Aceh. Corak ini digambarkan melalui kuntum dan kelopak bunga jeumpa, sulur tanaman, lingkaran dan garis-garis. Corak ini mengandung makna akan kekayaan alam dan keanekaragaman flora di Aceh.
  • Pinto Aceh, merupakan corak batik yang digambarkan dengan motif ukiran khas Aceh yaitu pinto Aceh. ukiran ini berbentuk serupa gapura dengan banyak corak melingkar dan garis. Corak ini menggambarkan sifat kerendahan hati, ramah tamah dan keterbukaan masyarakat Aceh.
  • Rencong, corak ini terinspirasi dari senjata tradisional masyarakat Aceh yaitu rencong. Motif ini biasanya diselingi dengan bunga-bunga dan digambarkan pada batik dengan warna merah yang menggambarkan keberanian dan sifat kepahlawanan.





Batik Aceh Motif Gayo

Batik Aceh dengan motif Gayo merupakan hasil kerajinan dan budaya masyarakat Gayo yang tinggal di Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan juga Bener Meriah. Berikut adalah beberapa corak batik Aceh dengan motif Gayo:
  • Ceplok Gayo, berbentuk ukiran khas gayo berupa lingkaran dengan sulur dan warna cerah seperti merah dan kuning. motif ini mengandung makna tentang kehidupan beragama dan kehidupan sosial bermasyarakat.
  • Kerawang Tegak, corak ini terinspirasi dari ukiran khas masyarakat Gayo yaitu kerawang Gayo. Batik dengan motif ini dibuat dengan warna kuning, hitam dan putih. Dimana kuning berarti kemuliaan, hitam membawa makna ketulusan dan kekuatan serta putih yang melambangkan kesucian. ketiga warna ini juga merupakan warna dari rumah adat masyarakat suku Gayo. Corak ini mengandung makna akan nilai-nilai keagamaan, keluhuran dan kesucian hati.
  • Kerawang Datar, motif ini juga berisi corak kerawang yang didominasi dengan warna kuning dan merah. warna kuning melambangkan kemuliaan dan warna merah membawa arti kekuatan. Makna yang terkandung dalam corak ini ialah nilai-nilai agama dalam kehidupan bersosial masyarakat.


Sunber:(https://id.wikipedia.)













Rabu, 20 November 2024

Motif Batik Ceplok

 Batik Ceplok

Motif batik ceplok adalah salah satu jenis batik kuno yang berasal dari Yogyakarta. Batik ini memiliki unsur simetris dan membentuk sudut empat arah. Motif batik ceplok dikenal juga dengan sebutan batik ceplokan, yang mana jenis batik ini ada sejak jaman Kerajaan Mataram yaitu berpusat di Kotagede.

Batik ceplokan pernah tercatat dalam kesenian batik Indonesia, yaitu sebagai ragam hias tertua. Motif batik satu ini kental akan corak khas Jawa. Mau tahu info lebih banyak mengenai motif batik ceplok? Simak kelanjutannya ya.

Ceplokan atau motif batik ceplok, merupakan satu kata dari Bahasa Jawa yaitu ceplok yang memiliki arti sekuntum. Kata ini digunakan untuk menjelaskan model hiasan batik yang berupa satuan demi satuan.

Katanya, motif ini terinspirasi dari hiasan candi terutama pada dinding candi yang bercorak Hindu dan Buddha dengan motifnya yang sakral dan mendalam.

Dikutip dari rumahbatikbedjo.com menyebutkan bahwa secara artistik motif batik ceplokan ini menggambarkan keteraturan dan keseimbangan yang penting untuk menjalankan kehidupan. Hiasannya yang berulang dalam jumlah yang banyak mengartikan sebagai suatu kumpulan. Dalam filosofi Jawa, ini dinamakan grampol yang berarti berkumpulnya segala hal yang baik.

Dapat diartikan bahwa motif batik ceplok ini merupakan bersatunya senilai kehidupan yang baik mulai dari keteraturan, keserasian, hingga kebijaksanaan. Nah, meski tampak simple ternyata semua motif batik itu memiliki maknanya tersendiri loh Kawan!


Seperti yang telah dijelaskan di awal, bahwa motif batik ceplok berasal dari Yogyakarta. Dipercaya bahwa motif batik ceplok ada sejak jaman kerajaan Mataram, sehingga termasuk karya seni batik kuno.

Pada saat itu, penggunaan jenis batik ceplok cukup terbatas, hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengenakannya seerti pegawai di lingkunhan Kerajaan.

Sumber:(https://www.goodnewsfromindonesia.id/)






Model Batik Gentongan

 Batik Gentongan

Batik Indonesia merupakan warisan budaya yang telah diakui dunia, dan pemerintah telah menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Dari sekian banyak batik populer, salah satunya berasal dari Madura, Jawa Timur (Jatim).
Ialah batik Gentongan di Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura. Batik Gentongan memiliki ciri khas motif hingga proses pembuatan yang berbeda dengan batik lainnya.

Asal-usul Batik Gentongan Madura

Batik Gentongan tercipta karena budaya di wilayah pesisir. Di mana ketika para suami bekerja sebagai nelayan, para istri akan membatik sembari menunggu kepulangan suaminya selama berbulan-bulan.Pada saat itu batik tidak digunakan sebagai mata pencaharian masyarakat setempat, melainkan sebagai hadiah yang akan diberikan kepada suami untuk menyambut kepulangannya. Batik Gentongan diberikan kepada suami sebagai pangestoh (berkah) yang merupakan bentuk pengabdian istri kepada sang suami.Proses pewarnaan batik ini menggunakan gentong. Media pewarnaan ini dinilai dapat menghasilkan warna batik yang lebih cerah, karena ketika proses perendaman batik tidak boleh terkena paparan sinar matahari.



Teknik Pembuatan Batik Gentongan Madura

Mengutip dari artikel jurnal berjudul Perancangan Buku Esai Fotografi Tentang Batik Gentongan Madura, terdapat beberapa teknik pembuatan batik gentongan. Berikut tahapannya.

Mempersiapkan bahan dan peralatan membatik seperti kain polos putih, canting, malam, kompor, wajah kecil, dan bahan pewarna alami. Misalnya, kunyit dan mengkudu untuk pewarna kuning, air pohon pisang untuk pewarna cokelat, buah-buahan di daerah pegunungan sebagai pewarna merah, dan lain sebagainya.
Menggambar di atas kain polos tersebut menggunakan malam dan alat canting sesuai motif yang diinginkan.
Kain yang telah diberi motif selanjutnya di-tebbeng (pembatasan) dan essean (penutupan dengan malam). Bertujuan menutup bagian-bagian yang akan dibiarkan tidak terkena warna ketika proses pewarnaan.
Tahap pewarnaan dilakukan dengan cara merendam kain di dalam gentong. Teknik pewarnaan ini dilakukan satu per satu pada setiap warna yang sebelumnya sudah ditutup menggunakan malam.
Setelah melalui proses pewarnaan, kain batik tersebut dimasukkan ke dalam air panas yang mendidih guna melunturkan atau melepaskan malam pada permukaan air.
Selanjutnya kain batik dijemur dan diangin-anginkan hingga kering.
Tahap pewarnaan dan pelunturan malam dilakukan secara berulang kali sesuai jumlah warna yang digunakan pada kain batik. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama sampai berbulan-bulan.

Teknik Pembuatan Batik Gentongan Madura
Mengutip dari artikel jurnal berjudul Perancangan Buku Esai Fotografi Tentang Batik Gentongan Madura, terdapat beberapa teknik pembuatan batik gentongan. Berikut tahapannya.

Mempersiapkan bahan dan peralatan membatik seperti kain polos putih, canting, malam, kompor, wajah kecil, dan bahan pewarna alami. Misalnya, kunyit dan mengkudu untuk pewarna kuning, air pohon pisang untuk pewarna cokelat, buah-buahan di daerah pegunungan sebagai pewarna merah, dan lain sebagainya.
Menggambar di atas kain polos tersebut menggunakan malam dan alat canting sesuai motif yang diinginkan.
Kain yang telah diberi motif selanjutnya di-tebbeng (pembatasan) dan essean (penutupan dengan malam). Bertujuan menutup bagian-bagian yang akan dibiarkan tidak terkena warna ketika proses pewarnaan.
Tahap pewarnaan dilakukan dengan cara merendam kain di dalam gentong. Teknik pewarnaan ini dilakukan satu per satu pada setiap warna yang sebelumnya sudah ditutup menggunakan malam.
Setelah melalui proses pewarnaan, kain batik tersebut dimasukkan ke dalam air panas yang mendidih guna melunturkan atau melepaskan malam pada permukaan air.
Selanjutnya kain batik dijemur dan diangin-anginkan hingga kering.
Tahap pewarnaan dan pelunturan malam dilakukan secara berulang kali sesuai jumlah warna yang digunakan pada kain batik. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama sampai berbulan-bulan.

Sumber:(https://www.detik.com/)










Selasa, 19 November 2024

Model Batik Kawung

 Batik Kawung

Batik Kawung adalah motif batik yang bentuknya berupa bulatan mirip buah kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai aren atau kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga ditafsirkan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar mahkota bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian.



Batik kawung ini terkenal di bagian Jawa



Penggunaan

Di lingkungan keraton, batik Kawung adalah salah satu batik larangan yang memiliki aturan ketat tentang siapa dan kapan corak ini boleh digunakan. Pada masyarakat umum, batik Kawung digunakan dengan luwes dan bervariasi pada berbagai acara, mulai dari turun tanah, pernikahan hingga pemakaman. Batik Kawung juga banyak digunakan untuk kemeja kantor.Corak Kawung dengan warna sogan (merah-cokelat) tergolong batik klasik dan banyak digunakan dalam lingkungan profesional karena memiliki kesan berwibawa dan elegan.

Makna

Motif kawung bermakna kesempurnaan, kemurnian dan kesucian. Dalam kaitannya dengan kata suwung yang berarti kosong, motif kawung menyimbolkan kekosongan nafsu dan hasrat duniawi, sehingga menghasilkan pengendalian diri yang sempurna. Kekosongan ini menjadikan seseorang netral, tidak berpihak, tidak ingin menonjolkan diri, mengikuti arus kehidupan, membiarkan segala yang ada disekitarnya berjalan sesuai kehendak alam. Semar, manusia titisan dewa yang berakhlak sangat baik dan bijaksana, selalu mengenakan motif kawung ini.

Asal kata

Terdapat beberapa pendapat mengenai asal kata kawung, di antaranya sebagai berikut:

  • Kawung dalam bahasa Jawa berarti buah pohon aren/kolang-kaling.[1]
  • Kawung dalam bahasa Jawa berarti daun pohon aren, umumnya digunakan untuk melinting rokok.[2]
  • Kawung berasal dari kata bahasa Jawa, kwangwung atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai kumbang tanduk.[1]
  • Salah satu pendapat kata kawung berasal pada kata bahasa Jawa suwung, yang artinya kosong.[3]

Jenis

Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu dan/atau kombinasi dengan motif batik lain.

Sumber:(d.wikipedia.org)

Motif Batik Cendrawasih

 Batik Cendraw asih Batik adalah warisan budaya yang tak lekang oleh waktu. Batik Indonesia berkembang hingga tingkatan yang tak ada banding...